Selasa, 18 Agustus 2009

18 Agustus 2009

Tahun pertama aku melumuri ujung jari kelingkingku dengan tinta. Aku tidak tahu banyak...dan aku tidak mau banyak komentar tentang tiga calon presiden. Aku tidak bisa menakar kadar demokrasi dalam pemilu kali ini. Yang jelas aku menyukai orang-orang yang berjiwa besar dan orang-orang berwibawa. Sayangnya mereka tidak bersama lagi...
Selamat berjuang pemenang,Pak Sulsilo yang saya hormati. Pesanku pendek,banting tulang memeras keringat tidak selamanya menjadi solusi,tapi kepiawaian memberdayakan dan melibatkan semua pihak adalah hal yang paling tepat. STRATEGI.
Aku semakin tua saja. Tulang pipiku kelihatan menonjol. Setahun lagi aku duapuluh tahun. Kalau orang-oran bicara tentangku kesannya biasa saja. Aku ini sungguh sangat biasa. Padahal aku memiliki cita-cita yang aneh. Aku ingin sejarah mencatat namaku. Lalu kalau yang aku mau hanya itu (dicatat oleh sejarah) apakah nanti,kalau aku melakukan hal-hal yang berkesan di hati banyak orang itu didasari oleh keinginan untuk dicatat oleh sejarah? Lalu kalau aku ingin terkenal mengapa aku tidak menjadi sensasional saja agar aku menarik perhatian. Misalnya dengan berdandan segila-gilanya? Lalu karena ingin terkenal aku keluar dari diriku sendiri?? Menggeluti hal-hal yang tidak aku sukai?? Tidak!!! Aku sama sekali tidak menginginkan itu. lupakan celotehku...kalau Tuhan berkehandak sejarah akan mencatatku. Tercatat oleh sejarah adalah hal yang seharusnya tidak boleh dipaksakan....
Kadang aku bertanya dalam hati,begitukah cara orang memandang jabatan(khususnya dalam pemerintahan). Berkorban habis-habisan demi keabadian nama,sedangkan nasib orang banayak berada di urutan kesekian. Entahlah!!
Bicara tentang tokoh sejarah aku ingin membandingkan Archilis dengan Anne Frank.
Ketika Raja Sparta berang karena Paris dari Troya menculik Helen istri sang raja kepala prajurit mendatangi Archilis untuk menjadi ksatria perang melawan Troya. Dengan keangkuhan Archilis berkata,"Aku tidak suka pada Raja. Aku tidak ingin berperang untuknya. Kalaupun aku berangkat ke Troya itu karena alasan lain...aku ingin mereka tau siapa Archilis. Well,He is not my king!! Archilis yang dikenal gagah berani juga kerena dia putra Paleus ksatria Sparta yang ditakuti itu mendatangi ibunya. Ibunya berpesan,"Archilis kau dihadapkan oleh dua pilihan. Kalau kau tetap tinggal di Sparta kau akan menikah dengan gadis cantik di sini. Kau akan memiliki banyak anak dan mereka akan mengasihimu. Hari tuamu akan menajadi indah karena anak-anakmu. Tapi namamu akan mudah dilupakan. Tapi kalau kamu berangkat ke Troya sejarah akan mencatatmu. Namamu akan harum beribu-ribu tahun lamanya." Singkat cerita berangkatlah armada perang di bawah pimpinan Archilis. membelah Raja Sparta bukanlah hal penting bagi Archilis. Diapun tidak suka pada Raja Sparta. Lalu mengapa dia tetap berangkat ke Troy? Datang dengan gagah berani,membunuh Pangeran Hector lalu mati konyol terbunuh Paris. Kalau saja Archilis tidak memilih untuk berperang mana mungkin sejarah mencatatnya.....Tapi menurutku Archilis adalah satu dari sekain orang yang mati konyol....
Lalu bagaimana dengan Anne Frank? Dia hidup pada zaman perang Dunia II. Dibawah tekanan sang diktator paling kejam sepanjang sejarah Adolf Hitler. Seumur hidup Anne tidak pernah berpikir agar sejarah mencatatnya. Dia adalah penulis diary yang sangat tekun. Mendeskripsikan hal-hal yang dia alami di sekret annex telah memberi sumbangan besar bagi sejarah Perang dunia II. Karena memberi sumbangan yang begitu besar nama Anne Frank abadi sepanjang masa. Sayangnya semua itu terjadi ketika dia sudah meninggal di camp konsentrasi. Tapi menurutku kematian Anne Frank bukanlah kematian yang konyol. Dia menyumbang sebelum mati. Sedangkan Archilis menoreh kesia-siaan...
*) akhir-akhir ini aku banyak mengalami tekanan. Terutama dari orang-orang yang menyuruh aku diam. aku menjadi paranoid hari baru. Setiap pagi aku berbaring lama karena taku menghadapi tantangan hari ini. Untuk saat ini aku tidak keberatan dipanggil pengecut. Aku memang pengecut hidupku sendiri. Kalau menghadapi tantangan seperti ini aku jadi mulai percaya pada seorang filsuf Yunani. Katanya nasib yang paling baik adalah tidak pernah dilahirkan atau dilahirkan tapi mati muda.
Lalu apakah karena aku telah dilahirkan lalu aku harus berdiam diri? Tidak! Aku tidak ingin memiliki kehidupan yang konyol. Nasibku adalah "dilahirkan". Dan aku takut mati muda.

July 2009

mungkin membosankan jika aku harus menceritakan isi kamarku lagi terutama buku-buku yang sekarang menyebalkan itu. sekarang aku hanya ingin bercerita tentang sakit hati di tengah beberapa hal yang menarik untuk ditulis di sini.
Aku tidak tertari menulis Prita yang dijerat UU UTE
Atau manohara gadis Indonesia yang disiksa pangeran dari Kelantan Malaysia
Atau usaha negara dengan hati nurani yang beku seperti maling ingin merebut Ambalat.
Aku hanya ingin mengumbar sakit hatiku.
Yang menyebalkan kenapa memori ku menyimpan dengan sangat baik setiap detail kejadian yang menyenangkan antara aku dana dia. Apalagi ketika jantungku berdegup kencang. Sepertinya menyiksa tapi aku menyukainya. Saat dia bertanya
"Apakah kau masih gadis timur..."
Aku mengangguk dengan mantap. Aku memang terbawah arus globalisasi namun tidak semuanya harus menjeratku. Aku boleh bersenang-senang sebatas yang diijinkan hati nuraniku. Dan dia menghormati itu. Katanya dia melihat bulir-bulir padi yang begitu ranum dan indah sampai-sampai dia tidak ingin merusaknya. Dan yaa sebatas itu saja. Aku tidak bisa memberi lebih pada waktu yang sangat tidak tepat. Cukup kubahagiakan dirinya dengan canda tawaku. Aku berbakat membuat orang lain tertawa,tanpa pikir panjang aku lakukan itu untuk dirinya. Numgkin itu tidak akan membuatnya lupa padaku.
Tapi bodohnya aku mulai menuntut banyak hal. Kadang-kadang aku membiarkan dia bebas dengan dunianya tapi kadang aku meminta perhatian lebih.
Dia misterius dan menyebalkan. Ketika aku bercerita apa saja tentang diriku yang perlu dia tahu dia malah menyimpan banyak rahasia yang kuketahui perlahan-lahan. Aku memang tidak tahu banyak tentang politik cinta dan bagaimana cinta mempermainkan perasaan karena aku jarang terlibat di dalamnya.
Dan ketika dia diam tak berkutik aku setengah yakin kalau aku telah terabaikan.
Berkali-kali aku berkuat di tengah ombak yang mengamuk di dadaku.
Rasanya aku ingin menuntut lebih banyak lagi
Tapi kurasa dia akan terus diam
Aku setengah yakin dia melakuka itu karena satu hal
Entah kenapa dia mengabaikanku. Menyakitkan memang,tapi aku berdoa mudah-muahan aku tidak berkubang lama dalam kesedihanku.

Jumat, 15 Mei 2009

Kamis 14 Mei 2009

Atas pendanaan dosen yg baik dan murah hati aku terbang ke surabaya lanjut ke Jogja. Aku tidak bicara banyak tentang karya tulis yang bertennger manis dalam hard disk ku beberapa minggu ini tapi itu menyita pikiranku. Seandainya publikasi hanya sampai pada orang yang aku inginkan bukan pada orang yang terluka karena pikiranku maka tanpa pikir panjang aku akan koar-koar. Tapi dari awal manusia diciptakan hakekat publikasi yang bersifat bombastis tidak seperti itu. Misalnya aku ingin membagi-bagi zakat pada orang-orang yang ada di kolong jembatan,tapi seorang gembel bernama si kusta tidak aku inginkan kedatangannya karena dia punya penyakit yang bisa membahayakanku. Aku mau semua tetangga si kusta datang kecuali si kusta karena lain dan satu hal. Tidak mungkin kabar pembagian zakat tidak sampai pada si kusta. Dan tidak menutup kemungkinan dia tahu kalau aku tidak ingin dia datang. Bukankah itu sangat menusuk hati? Sementara di sisi lain aku tidak ingin hati si kusta terluka.....

Benar kata Buncit,tidak ada keputusan yang benar....yang ada adalah keputusan yang harus diambil. Nciiiit cit,kamu emang cerdas.
Aku dilema dengan karya tulis ini. Biarlah menjadi koleksi pribadiku,dan terpublikasi setelah aku mati. Agar tak ada yang disakiti dan tak ada yang dituntut ini itu kecuali pemakian terhadap sesuatu yang tertinggal yaitu nama.

Seminggu di Jogja...ada hal2 penting yang harus kuceritakan. Aku menyebalkan selama beberapa hari. Tapi biasalah orang2 memang sering konsentrasi pada kesalahan2 kecil,dan tidak melihat hal yang baik yang sudah berlalu....aku juga tidak ada jalan untuk memperdebatkan itu....kadang2 aku juga begitu,...debat adalah hal yang menyebalkan. Pada dasarnya orang berusaha agar ideology nya menjadi yang paling benar dan diakui bahkan oleh lawan debatnya....sehingga dia memperdebatkan itu pada penganut ideology yang kadar keegoisannya sama keras bahkan lebih keras lagi...nah apakah yang didapat dari suatu perdebatan selain sakit kepala yang luar biasa. Debat adalah suatu yang absurd....sia-sia. Diskusi lebih mulia dari pada debat,karena di sini kita lebih bersikap dinamis. Saling mengisi satu sama lain,mengetahui alasan2 orang mengapa dia menganut pemikiran yang sangat bertentangan dengan pemikiran kita...ini lebih membuat pemikiran kita berkembang kadang2....hmmmmm....betapa tidak menyesalnya aku dilahirkan untuk menyakikan hal-hal indah dari sebuah perbedaan.

Kembali ke Cerita dari Jogja. Aku mendapat kesempatan untuk menghabiskan hariku dengan buncit. Kata ibuku habiskanlah waktu dengan orang2 yang memberikan hal-hal baik dan berharga bukan pada hal2 yang absurd....makanya aku tertarik untuk ngekor terus pada buncit. Cerita terus mengalir. Dari A-Z.....dari Roma sampai Greenland....dari Sosilogy sampai kapitalis.....dari Aguste Comte sampai Fajar DJ....dari Sabang sampai Merauke....dari buyut sampai ponakan....di sela-sela itulah muncul hal lain dengan cara yang tidak kami pahami....tidak berbahasa namun bisa kami rasakan . Aku tidak bisa menarik kesimpulan untuk menamai rasa itu. Begitu juga dengan dia....
Dalam hal bacaan aku dan Buncit mingkin masih satu selera. Hari berikutnya aku dan dia hunting buku. Belanjaanku lumayan banyak. Bahkan menyita setengah dr jatah bulananku. Resikonya ya mungkin makanan sehari-hariku selama bulan ini akan lebih hina dari nasi kucing. Hikz....
Fajar Dj kegirangan waktu aku ngasih dia dua buku. Satu buku tentang teori sosial dan sosiology profetik. Padahal salah satu dari buku itu adalah karangan kakak kandungnya sendiri. Aku heran. Kenapa sang kakak tidak memberi draf langsung pada adiknya daripada harus bersusah-susah memesan buku itu ke pulau seberang. Banyak buku-buku hebat yang aku beli di sana tapi itulah sisi jelekku. Ada lima buku yang aku rahasiakan keberadaannya karena dia langkah. Takut teori luar biasa yang ada di buku itu menjadi lumrah karena terealisasi pada orang-orang di sekitarku. Biarlah aku yang mengilhaminya baik-baik. Aku bejanji demi ideology ku yang tak bernama bahwa lima buku itu akan kujadikan pusakaku...hehehehehe....

Tidak banyak yang berubah dari Jogja. Aku nekat berjalan sendirian di alun-alun utara. Saat itulah di sebuah sudut seorang pedagan buku bekas menjajakan dagangannya. Aku memperhatikan satu buku yang agung dalam kelusuannya. Subahanallah.....luar biasanya buku ini....buku yang tidak aku dapat di gramedia,toko buku online,pustaka kita,dan lain2....justru ada di sudut yang hampir tidak menyita perhatian.....

Ada satu buku yang akan kuberikan pada dosen yang baik dan murah hati itu. mudah2an dia suka....

senin,29 april 2009

Kadang-kadang aku tiba-tiba merasa sedih walau puluhan orang bolak-balik di hadapanku untuk kepentingan mereka masing-masing. Aku tidak tahu kenapa tapi ada yang mengganjal di bawah perutku merambat ke tengah dadaku,tenggorokan,dan mataku. Tidak ada hal menyedihkan terjadi hari ini bahkan ada seribu satu alasan untuk tertawa dengan teman-temanku. Bahkan hari ini diisi dengan banyak sekali kegiatan. Bahkan lagi ada yang tersisa buat besok. Saint Amas mau membicarakan kegiatan yang kami rintis untuk anak-anak jalanan. Sekedar mengajar baca tulis. Aku dengan senang hati bergabung di sini.
Sorenya aku beli Genus dan catatan harian Anne Frank yang lebih lengkap lagi. Rasanya sepanjang kuliah aku lebih banyak mencurahkan perhatianku di buku-buku yang aku beli seenak udelku dibanding materi kuliah. Tapi semuanya kan berjalan dengan baik,bahkan kegiatan lain masih bisa menyisip ke waktuku. Aku rasa tidak ada salahnya. Tapi setiap kali Mis Goretti dan Miss Theresia masuk ke kamarku mereka langsung mengerinyutkan dahi sambil memungut sesuatu yang berserakan di lantai.
“Kapan rapinya...” omel mereka. tapi aku gak pernah pusing dengan hal-hal itu. oya tadi aku ketemu salah satu petinggi jurnalis kampus yang sudah pensiun dari jabatannya. Penampilan orang2 jurnal memang selalu ketinggalan zaman. Aku? Mungkin bisa disebut semi-nya hehehe. Dia pernah membawakan materi di sebuah workshop penulisan dan pemaprannya bagus sekali. Aku belajar banyak dari situ. Percakapan awal dimulai dengan menanyakan orang-orang yang aku kenal. Dia mananyakan Mr.Khomei,Mr. Med, dan Mr. Chyrus,segelintir orang yang aktif di jurnal tingkat fakultas tapi dikenal di tingkat universitas bahkan di luar universitas. Aku heran mengapa dia tidak menanyakan Arkelaus yang sering bla...blu...ble...bli...itu. “Aku gak kenal tuh..”. Aku hampir saja terbahak. Buru2 aku mengingatkan diriku. Jangan sampai kejadian yang telah menimpah Arkelaus menimpahku juga. Jadi begini,saat pertama kali kamu bertemu Arkelaus kamu akan termakan pesonanya. Tapi banyak hal yang harus menjadi peringatan agar kita tidak menirunya dan hal itu ada pada Arkelaus. Begini,Arkelaus adalah mahasiswa yang sudah tidak tahan lagi tinggal di kampus. Tapi dia selalu berpura-pura kalau sebenarnya dia betah tinggal di kampus. Dia sering membicarakan tulisan-tulisannya,cerpen,puisi,essay,karya ilmiah,artikel,dan lain-lain. Katanya cewk-cewek sering klepak-klepek baca puisinya dan karya ilmiahnya sering masuk hitungan. Tidak jelas masuk hitungan mana. Arkelaus lebih sering mengkritik dengan kata-kata pedas dari pada memberi penjelasan tentang sebuah kajian jurnalistik. Dugaanku dia tidak tahu banyak. Aku sering menertawakan orang gara-gara kesalahan kosa katanya. Begitu juga Arkelaus. Dia bilang rekonsiliasi=referundum. Kesalahan fatal untuk status seorang petinggi. Dosen-dosen bisa menagis mendengarnyaTapi aku hanya diam dan merenung,sebaiknya kalau aku belum tahu banyak aku diam saja atau kalau meragukan kebenaran sebelum mengatakan kalimatku harus didahului kata,”Kalau tidak salah.”
Di sisi lain Arkelaus sebenarnya lucu. tapi satu yang mencengangkan,ternyata dia tidak populer dibanding nama-nama diatas yang berpenampilan apa adanya.

Dua hari ini aku memikirkan sebuah alur novel yang rencananya akan kutulis tahun ini juga. Tapi rencanaku selalu gagal. Entah kenapa. Novel Ali gagal! Novel Sarwa Jemima gagal. Novel Metamorfosis juga gagal. Padahal mereka bilang bagus,tapi belum tentu Jodi Picoul,Soe Monk Kid atau Andrea Hirata bilang begitu. Aku tidak suka dengan novel percintaan seperti karangan Andrei Aksana yang penampilannya amit-amit itu. berlebihan...gak usah jauh-jauh Andrea Hirata yang gak banyak cincong aja bisa melejit dibanding belaiu. Satu lagi yang aku tidak suka. Kelas dua SMA saat aku week end di Jogja aku sempat ke Workshopnya Andrei Aksana. Di situ dia menjelaskan proses menulis novel serta tips-tips mencari suasana yang nyaman untuk menulis. 50% bahasa Indonesia 50% bahasa Inggris itupun disebutkan bergantian. Hadirin ada yang mengoceh karena gaya Andrei Aksana yang terkesan dibuat-buat. Pada akhir workshop Andrei Aksana membagikan bukunya yang berjudul “Be A Writer,Be A Celebrity!”. Aku pikir semua isinya berbahasa Inggris tapi ternyata tidak. Hanya judul bab-babnya saja yang berbahasa Ingris. Misalnya, Hits Wonder,Be Famous,Start with A reason,dan lain2. tidak ada salahnya mempelajari Bahasa Inggris,tapi jangan dicampur aduk dengan bahasa kita dunk. Aaaaarhhhhhhh....kenapa sih pemerkosaan bahasa justru dilakukan oleh seorang novelist. Ini yang harus kita kritisi. Mungkin kita sudah malu jadi Orang Indonesia sampai-sampai kita malu pada bahsa kita sendiri. Padahal kalau kita fanatik pada bahasa Indonesia,aku pikir itu akan dihargai oleh bangsa lain. Bangsa memang sudah sakit tapi jangan dibikin sakit lagi.

Jumat, 24 April 2009

Jumat,24 April 2009

Hari yang penuh dengan pelajaran,
Semangatku untuk mengkaji materi-materi perkuliahan mulai meningkat setelah diiming-imingi sesuatu. Awalnya perhatianku disita oleh materi-materi Teologis dan ke-eksotis-an Mesir juga kota Teheran+sedikit mengikuti perkembangan politik. Mid kemarin mengandalkan penalaran karena catatan dan bahan-bahanku kurang lengkap. Bergaya bahasa memang bakat yang penuh teka-teki. Ada gaya bahasa yang mengandung daya magis dan ada gaya bahasa yang tidak terlalu menarik tapi menuturkan hal-hal yang(sebenarnya) luar biasa. Aku tidak tahu harus dimasukkan dalam kategori mana. Aku juga tidak mau menyatakan pandangan subjektif tentang diriku di sini karena pasti semua akan menilai kalau itu kesombongan hehehehe....
Misalnya,kelas satu SMA,guru agamaku pernah memberi soal ulangan. Pertanyaanya. Apakah yang dimaksud dengan “Mujizat”. Pengertian mujizat menurut buku/guru agamaku sudah bertengger manis di catatan teman-temanku beberapa hari lalu tapi di catatanku tidak ada. aku mulai berpikir keras. Pertama,aku paham sekali arti mujizat,tapi bagaimana ya mendefenisikannya? Tidak lama kemudian kata-kata ini bertengger di kertas ulanganku,”Mujizat adalah cara seseorang keluar dari masalahnya tanpa sedikitpun mengerti bagaimana dia keluar dari masalah itu.”
Pertanyaan nomor dua,”apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah...” yang satu ini juga sudah terkonsep manis dicatatan teman-temanku keculi dicatatanku. Menalar lagi. Apa kira-kira Kerajaan Allah itu. Konsep pemikiran pertamaku,Kerajaan Allah...pasti Allah-lah yang bertahta disitu. Apakah setan-setan ada di sini? Apakah malaikat yang sejenis dengan Lucifer ada dalam Kerajaan Allah menunggu detik dimana dia akan diusir. Tapi aku tetap berpikir bahwa kerajaan Allah itu Maha Suci adanya. Maka aku tulis Kerajaan Allah adalah gudang segala kebaikan. Ternyata konsep kerajaan Allah ala guru agamaku dalam ulangan harian ini menuntut adanya referensi Alkitab. Mau tidak mau kami harus mencamtumkan ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan kerajaan Allah dalam nomor ini. Mati aku!. Tapi daya ingatku tidak begitu buruk. Untuk nomor-nomor lain yang kebanyakan menayakan ayat ada koq yang terjawab sempurna.

Oya,hari ini dimulai dengan presentasi kelompok kami di mata kuliah hukum adat. Aku diserbu dengan pertanyaan apa dampak positif dan negatif hukum adat dalam pemberlakuan hukum nasional. Aku yang tidak menguasai makalah kelompok sedikt kalang kabut tapi lagi-lagi aku mengandalkan penalaran. Apa gunanya dibesarkan dalam masyarakat adat kalau aku tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Aku menjawab kalau masyarakat kita tetap mempertahankan nilai-nilai hukum adat maka tanpa sadar kita telah memelihara kelestarian dan keaslian budaya tradisional yang beraneka macam itu. sisi negatifnya mungkin bisa dilihat dari sisi kepercayaan. Hukum adat berkaitan erat dengan animisme sedangkan sebagian besar masyarakat sudah menganut paham monoteis. Sang penaya puas. Tapi sebenarnya aku deg2an karena terlanjur mengucapkan kata monteis. Takut kalau debat trinitas malah pecah di kelas hukum adat apalagi yang wajib menjawabnya adalah saya. Mungkin kalau itu terjadi aku akan berkata,”anda salah kalau menanyakan itu pada saya. Saya ini “sedang” sesat...belum melihat jalan...”. Ada satu hal yang saya sukai tentang hukum adat. Sepertinya hanya mata kuliah ini yang sesekali mengingatkanku akan rasa syukur pada keberagaman negeri ini. Aku bangga lahir di Indonesia dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu aku lebih setuju kalau kumpulan puisi berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia” ditarik saja dari peredaran.

Kebetulan mata kuliah kedua adalah pelajaran Agama Khatolik. Diskusi minggu ini sampai pada konsep “Pendidikan iman Khatolik bagi Anak.” Penateri yang cukup oke dengan kata-kata renyanya itu (Baldwin) memaparkan bahwa pendidikan iman Khatolik dimulai dari keluarga. Hmmm...sepertinya ibuku telah melakukannya dengan baik. Dalam setahun aku tidak pernah absen ke gereja (dulu). Tapi sekarang aku mulai bingung tentan hakikat Ke-Tuhanan. Haaa...aku mulai merasa menghianati beliau. Tapi tak apalah. Kebingungan ini pasti tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang tidak kukenali itu.
Linkungan kedua adalah sekolah. Pembahasan pada bab ini membuat perhatianku terpusat sempurna. Apalagi ketika diskusi menyinggung potret sekolah Khatolik pada masa sekarang. Aku dikagetkan oleh suara dosenku yang seperti kesurupan berkata seperti ini,”Sekolah Khatolik itu busuk!!!!”...atas metode apa dia berkata seperti itu? mungkin aku sedikit flash back saja pada pengalamanku di sekolah Khatolik keduaku (yang pertama Sedes Sapientiae).
Saat melangkahkan kaki ke gerbang sekolah keduaku lalu melihat wajah-wajah yang ada disitu....hmmm...bagai sekolah di kota kecil korea atau Tiongkok. 75% muridnya bermata sipit dan berkulit pucat. Kalau berbaur dengan mereka kadang-kadang aku tidak sadar kalau kulitku sawo matang. Mula-mula aku terkagum-kagum pada kemewahan sekolah ini. Jauh dibanding sekolah pertamaku. Pesawat komputer di lab lebih banyak. Peralatan laboratorimnya lengkap dan canggih. Dandanan guru lebih kasual dibanding guru-guruku di sekolah lama. Ruang musiknya juga luas dibanding sekolah lamaku ruamg musiknya di bawah tangga. Kamar asramanya satu kamar satu orang sedang asrama di sekolah lamaku satu kamar dihuni satu angkatan. Angkatanku sendiri jumlahnya 16. kelas dua berkurang dua orang kelas tiga berkurang satu orang (aku). Di belakang sekolah ada kolam renang bo’....haaa di sekolah lamaku adanya kolam ikan. Tapi aku harus jujur,dengan segala kekurangan dan kelebihannya sekolah lama lebih merebut hatiku. Sesaat bersekolah di sekolah dua sepertinya memberi satu luka berbekas yang tidak bisa lepas sekaligus menjadi bahan bakar untuk lebih maju dan maju lagi. Kadang-kadang peremehan justru membuat kita bersemangat loh. Untuk itu sebelum melanjutkan tulisan ini aku ingin sekali mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah meremehkanku,tanpa kalian aku tidak akan pernah untuk terpacu maju. Guru Kimiaku bilang daya tangkapku lemah. Guru matematika (satu) di sekolah itu juga bilang begitu. Seperti yang sudah aku bilang,guru yang bodoh adalah guru yang cepat-cepat memberi kesimpulan tentang muridnya. Untung guru fisika dengan hormat saya sebut namanya Pak Daniel melakukan pendekatan itu. Ketidakpercayaannya tentang kebodohanku membuatku percaya diri mengerjakan soal-soal fisika. Kalau lagi semangat menganalisis aku bisa lo mengerjakan soal fisika yang rumit sekalipun. Bahkan sejarah pernah mencatat satu soal yang kupecahkan setelah yang ter-pintar di bidang fisika angkat tangan (satu saja tentang kinematika. Bab rangkaian listrik tidak terlalu kukuaai) setelah dinamika,mekanika,dan kinematika aku tidak eksis lagi di fisika. Mungkin waktu itu aku sedang emosi aja kali untuk membuktikan kalau aku gak bodoh2 amat. Tetap buruk untuk pelajaran kimia dan matematika satu. Nilaiku tidak pernah karuan sepanjang semester. Sepertinya cerita ini terlalu panjang aku akan cerita lagi besok. Butuh tiga hari untuk menuntaskan cerita semasa sekolah menengah.

Hari ini Fajar ‘JD mulai aneh. Tapi mungkin benar juga kata Prayogo Edward,setiap orang pasti sakit jiwa. Aku kamu dan semuanya. Cuma kadarnya yang berbeda. Malamnya aku menelpon Saint Amas,cewek berkerudung yang jadi penasehat setiaku. Aku curhat habis-habisan tentang kekesalanku pada orang2 yang kutemui hari ini. Seperti biasa Saint Amas mendengarkanku dengan sabar. Biar kuceritakan sedikit tentang Saint Amas. Saint Amas adalah mahasiswa arsitek Unhas yang mati-matian memperjuangkan aku agar bisa melalu seleksi PTN dengan mulus. Dia jadi guru private untuk beberapa bulan. Saint Amas yang selalu memberiku semangat saat aku down atau kehilangan percaya diri. Dia begitu tulus dan tidak menyimpan sedikitpun kebohongn. Nasehatnya memberi aku kekuatan memaafkan yang cukup mengherankan. Saat aku menceritakan orng-orang yang membuatku sakit,Saint Amas bilang rasakan perubahan pada diri jika kita dengan iklhlas bisa memaafkan orang lain tanpa harus menunggu dia minta maaf pada kita. Inti nasehat-nasehat Saint Amas adalah keikhlasan. Begitupun ketika aku kehilangan buku-buku dan mp4 ku. Saint Amas bilang obatnya Cuma ikhlas. Ketika aku merasa bahwa tugasku sangat berat,kuncinya Cuma kerjakan dengan ikhlas. Sepertinya segala hal membutuhkan keikhlasan. Begitupun ketika Saint Amas mendengar kalau Fajar ‘Jd menjalin hubungan serius dengan gadis yang menjadi pujaannya. Di balik luka hatinya Saint Amas tetap iklas. Kenapa ya untuk saat ini Saint Amas sudah menyaingi posisi ibuku. Tapi mereka adalah dua wanita yang tidak berbeda jauh.Apa salahnya kalau aku dekat dengan Saint Amas,toh peng-ilham paling baik untuk kondisi kejiwaanku saat ini adalah Saint Amas. Biarlah ibu larut dalam kesibukannya dan yang lain tetap pada jarak yang diciptakannya sendiri. Aku mulai sungkan pada yang lain. Menyedihkan memang.....apa ini pengasingan? Aku tidak berani memberi kesimpulan.

Kamis, 23 April 2009

23 April 2009

Perang adalah mahkota dari sejarah. Ketika sejarah berbicara tentang rebut merebut disitulah perang dibicarakan. Perang mengerikan menurutku. Syukur aku tidak pernah mengalami kondisi ini sedikitpun. Dalam Kitab Penghotba dibicarakan tentang kesia-siaan. Sang ksatria perang juga memiliki kesia-siaan hidup menurutku. Dia melupakan mati untuk membelah rakyatnya,sepertinya mati konyol dalam perang. Ya Tuhan,aku seperti orang kafir saja. Bukankah kematian itu bukan akhir segalanya? Mungkin saja ksatria-ksatria itu sedang dijamu sajian paling lezat di surga dan mendapatkan tempat paling nyaman.
Pahlawan pahlawan kami gugur karena menolak penjajahan. Selagi hidup mereka mengatur strategi untuk mengusir penjajah yang yang mengisap kekayaan alam Indonesia. Tapi akhirnya mereka mati dalam perjuangan yang memantangkan untuk bergerak mundur itu. Setelah kemerdekaan berhasil direbut mungkin mereka juga mengadakan pesta di alam keabadian. Tapi aku tidak tahu setelahnya. Sepertinya pemimpin setelah itu berlindung di bawah ungkapan yang menyatakan “bangsa besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan an menghormati para pemimpinnya”. Dari sejarah kita bisa tahu kalau beliau-beliau menyalagunakan penghormatan itu. Setelah l’exploitation de l’homme par l’homme (pengisapan manusia atas manusia) mulai kelihatan sepertinya kita tidak perlu merayakan ulang tahun kemerdekaan. Kalau kita menyadari sepertinya kemerdekaan have gone to end saat pemimpin berubah menjadi sosok yang mengerikan bafi rakyat (dracula). Pesta kemerdekaan di alam keabadian mungkin akan dikejutkan oleh berita dari bumi Indonesia. Apakah arwah para pahlawan bisa tenang melihat ini semua? Lalu dengan lantang mereka berteriak dari sana,
“Hei manusia beginikah cara kalian menghargai pengorbanan yang paling besar dari kami (;nyawa)?”
Manusia bejat pasti tidak akan pernah mendengar suara-suara itu. 

Sejarah juga bicara tentang perjuangan untuk bangkit dari ketertindasan dan pembodohan. Hampir semuanya tidak lepas dari kekerasan. Pada tahun 1998 banyak dari para pendahulu kami yang melupakan mati untuk sebuah perubahan “Revolusi”. Ada yang mati dan banyak yang keberadaanya meragukan sampai sekarang. Bagiku yang mati dan yang hilang adalah segelintir manusia dengan ideologi terhormat dan telah menyenangkan arwah-arwah pahlawan di alam sana. Para pendahulu yang terhormat,dengan ideologi terhormat,kematianmu juga terhormat. Kami sebagai generasi yang datang berikutnya smestinya tahu cara menghormati darah yang tumpah itu. Mestinya semangat mereka masih hidup dalam diri kami. Aku pikir tanpa disadari Fajar ‘JD sudah melakukan itu dengan buku-bukunya dengan judul yang sangat dengkih pada ketidak adilan. Puisi Wiji tentang hakikat suara yang tak bisa dipenjarakan menjadi bahan bakar semangatnya. Aku juga ingin melakukan itu semua dengan caraku sendiri (tapi sampai sekarang belum terwujud). Aku sadar perjuangan belum berakhir. Saat ini mencari kutu dalam ijuk sama sulitnya dengan menemukan orang jujur dalam dewan. Sangat sedikit anggota dewan yang menghormati sumpahnya. Dan bagiku anggota dewan yang menghianati sumpahnya adalah orang yang paling tidak terhormat. Jika sekarang aku berhadapan dengan seorang anggota dewan lalu dia bertanya padaku tentang aspirasi aku hanya ingin berkata,”konsentrasilah pada tugas anda. Tunjukkan bahwa DPR adalah lembaga terhormat. Itu tugas yang harus anda pikul...”

“malam ini aku iseng mengkalkulasi list buku-buku yang membuatku penasaran pada isinya. Semuanya Rp.780.00. aku tidak punya uang cukup. Sepertinya buku-buku ini harus dibeli sedikit demi sedikit. Mudah-mudahan bisa lengkap dalam waktu setahun.”

Tadi siang aku menonton Seri Film Indonesia yang membuat aku mencibir. Latarnya begitu mengumbar kekayaan. Persoalan yang ditonjolkan adalah harta warisan. Pasti di akhir cerita tokoh utama akan mendapatkan harta itu setelah dia mendapat penindasan dari tokoh antagonis. Alur cerita Film Indonesia memang senada dari zaman ke zaman. Insan film yang mengumbar kekayaan berlibihan itu sepertinya lari dari kenyataan kalau negaranya melarat. 
Laskar Pelangi jauh lebih bagus ari film2 ini. Bahkan film tadi itu tidak pantas jika harus dibandingkan dengan laskar pelangi. Laskar pelangi adalah film yang bercerita tentang kondisi negara apa adanya. Benar kata Ibuku,tidak ada yang lebih berharga dibanding menuturkan sesuatu apa adanya....

Malam ini aku akan membaca novel t kill a mocking bird. Diksinya agak membosankan. Mungkin halaman2nya ada yang aku sisikan untuk malam berikutnya. Setelah itu aku tidak punya bacaan lagi. Aku belum menemukan bacaan yang kusukai di perpustakaan fakultas. Di perpustakaan pusat kebanyakan buku-buku menjelasakan sesuatu yang bersifat statistik. Aku sama sekali tidak suka membaca sesuatu dengan menggunakan grafik. Permulaan kelas dua SMA untuk pelajaran matematika adalah teori kemungkinan. Aku suka Bab ini. Ulangan hariannyapun memuaskan. Nilaiku bagus,sangat bagus malahan. Bab dua adalah Statistik...mean,modus,grafik dan apalah. Aku sama sekali tidak suka. Nilaiku turun saat itu juga. Temanku si kembar yang rajinnya minta ampun dapat nilai bagus. Mungkin kekalahan di bab kemarin menjadi bahan bakar semangatnya. Iseng-iseng aku tanya sama dia apa dia suka bab ini? Dia bilang itu pertanyaan bodoh. Walaupun tidak suka harus disukai karena membenci pelajaran itu adalah hal yang tidak terpuji bahkan sama halnya dengan dosa. Mungkin dia juga tidak suka tapi berusaha menyukainya. Aku pikir itu adalah penghianatan suara hati. Prinsipku,sehancur-hancurnya nilaiku toh itu bukan untuk menunjukkan kebodohanku tapi aku ingin menunjukkan pada guru kalau aku tidak suka bab ini. Kemudian aku ingin sekali guru itu menganalisis pola pikirku dengan memulainya pada satu pertanyaan.
“Reski Fatima mendapat nilai bagus pada bab pertama,tapi nilainya jelek pada bab dua. Apa yang sebenarnya terjadi?” kemudian guru itu terus menganalisis sampai dia menyimpulkan bahwa aku adalah orang dengan pola pikir yang............................
Menurutku guru yang bodoh adalah guru yang memberi cap bodoh atau pintar pada muridnya pada waktu yang sangat singkat. Aku mengalami itu berulang kali. Rasanya.....lumayan sakit!!

Rabu, 22 April 2009

22 April 2009

Beberapa hari lalu aku menjadi panitia di acara diklat jurnalistik yang LPMH adakan untuk SMA se-sulawesi selatan. Sedikit menyiksa kalau aku harus meninggalkan kamarku selama dua hari. Sehari tanpa menyepi rasanya tidak enak. Ah, sepertinya aku dijebak kebiasaan ini.

Setelah rangkaian acara selesai tanggal 19 April bis membawa peserta dan panitia ke kampus. Sebenarnya aku bisa langsung pulang tapi sepertinya ketwa-ketiwi sama teman LPMH itu penting untuk hubungan aku dan mereka juga mereka ke aku.

Agak tengah malam saat aku meninggalkan kampus diantar kakak senior yang mau mengambil file di komputerku. Tiba-tiba kakak ke-5 datang dengan teman kecil kami (aku dan kakak 5) Luis Pa. Aku langsung murung. Mengapa Tuhan tidak memperhatikan suara hatiku? Aku mau menyepi setelah dua hari terpisah dari ritual ini. Kakak 5 minta uang 10.000,katanya dia butuh (banget) aku tidak punya pecahan 10 ribu. Yang ada 20rbu. Dia merajuk agar aku memberinya segitu saja. Aku ridho asal dia pergi saat itu juga.

Aku lupa menutup pintu depan saat kakak 5,Luis Pa,dan kakak seniorku pergi. Tiba-tiba salah seorang teman kost ku melihat sosokku dalam kamar yang dua hari ini gelap gulita. Dia menyapaku rama dengan nada yang powerfull. Tanpa dipersilahkan dia masuk kamar. Aku tidak bisa menylahkan kebiasaan ini. Karena aku juga sering begitu pada kamar-kamar lain. Aku menyengir lebar-lebar. (kalau nanti aku punya banyak uang untuk membangun rumah,aku akan merahasiakan kalau dibawah rumahku ada ruang bawah tanah (ruang penghindar tamu))

Mungkin untuk malam ini aku bukan teman ngobrol yang baik untukmu,kawan.

Aku punya sedikit waktu untuk online. Kebetulan Fajar ‘JD juga online. Aku cerita tentang cowok aneh yang kutemui di toko buku seberang. Sebelum jadi mahasiswa aku sudah melihatnya disitu dan berbulan-bulan kemudian kami ketemu lagi di tempat yang sama. Dia bukan teman ngobrol yang baik. Saat aku mengulurkan tangan dia tidak menyentuhnya sama sekali. Dia juga tidak berinisiatip untuk memulai satu obrolan denganku. Kadang-kadang kondisi beku seperti ini tidak membuatku betah. Kata Fajar ‘JD itu berhubungan dengan spiritualitas. Begitulah cara orang itu menunjukkan penghormatannya pada perempuan. Hmmm...di sisi lain aku menghormati prinsipnya yang kokoh tapi jangan harap aku berminat ke toko itu lagi.

Tanggal 21 April adalah hari kartini. Tidak ada perayaan simbolik di kampus. Kompas juga tidak mengulasnya di halaman awal. Yang memuat sosok kartini dalam kata-kata pendek hanya dua perusahaan besar. Yang satu produk kecantikan dan yang satu lagi Pertamina. Aku gak tau ini untuk menaikkan pamor atau benar-benar tulus memperingati hari Kartini. Malamnya aku menyelesaikan novel “TANPA NAMA” karangan seorang sastrawan vietnam. Ceritanya menarik. Aku sampai minum capuci untuk mengatasi kantukku. Novel selsai saat azan selsai. Kepalaku oleng dekat pintu utama,kira-kira sejam kemudian aku kaget karena om koran menggedor pintu sambil mengucapkan selamat pagi. Aku memungut koran lalu meletakkannya di dekat komputer. Dibaca siang saja. Aku ngantuk. kuliah hari ini jam 9.15 pagi. Aku ke kampus tapi dosennya tidak hadir. Tidak ada yang protes kalau dosen tidak hadir. Kalau ada berarti pelajar Indonesia sudah mengalami kemajuan pesat dan itu berawal dari kelas kami.

Hari ini dosen juga tidak hadir. Aku sama sekali tidak keberatan dengan ini semua. Toh,semua tidak harus didapat di bangku kuliah. Sampai pukul dua siang aku menghabiskan waktu dengan teman2ku. Semalam aku tidur jam tiga subuh. Jam tiga siang aku melajutkan tidurku sampai jam emam. Satu jam aku membenahi kamarku lalu mengadakan rapat kecil di kamar ujung. Ini masalah tagihan air. Aku mendapat keringanan 50.000 dari tagihan awal. Akhirnya aku bisa membeli satu buku lagi. Jam 8 malam aku ke papirus. Aku pikir The Name Of Roses diskon 50% tapi ternyata Cuma 10%. Harganya jadi 86.000. aku tidak bisa beli. Kalau iya berarti akhir bulan aku harus puasa. Akhirnya aku membeli buku dalam list ke-duaku,”Sejarah Pers Indonesia” harganya 54.000. sebenarnya buku ini sudah kubaca habis tapi gak komplit rasanya kalau dia tidak bertengger di rakku. Siapa tau suatu hari aku berminat membaca ulang. Sempat ketemu Fajar ‘dj...padahal aku pernah membawah bukunya ke kampus untuk jaga-jaga kalau aku ketemu dia,aku mau dia menandatangani halaman depannya seperti yang dilakukan penulis untuk buku-buku karangannya. Sekarang aku ketemu tapi bukunya gak aku bawa. Fajar ‘JD Cuma sebentar di toko. aku menghabiskan waktu satu jam untuk berdiskusi agama dengan Sa ‘Din penjaga toko yang sudah lama berteman denganku. Hal yang paling menyenangkan memang keterbukaan tentang apa yang diragukan dan yang kira-kira benar. Kami tidak bicara seyakin-yakinnya akan satu hal. Kami berdiskusi tanpa harus menyudutkan satu keyakinan. Bicara agama memang harus bersikap sangat netral seolah-olah kita tidak sedang menganut agama itu dan agama ini. Sa ‘Din cerita kalau pastur gereja seberang jalan kenal baik dengannya dan mereka sering diskusi soal ini. Ah...sepertinya kita harus menghilangkan persepsi lama. Semua itu hanya salah paham. Kalau begini kan jauh lebih nyaman.

Malam ini Opus Dei (karya Tuhan) rencananya akan selesai. Besok kan kuliah sore jadi aku punya banyak waktu. Opus Dei(sebuah organisasi dalam Khatolik Roma) menceritakan satu organisasi yang tertutup selama berabad lamanya (introvert/tertutup menurut pandangan subjektif orang2 yang tidak bergabung di dalamnya). Organisasi ini berdiri di spnyolpada tahun 1928 oleh seorang biarawan yang telah dibeatifikasi puluhan tahun setelahnya. Anggota Opus Dei terdiri dari biarawan dan orang awam. Tujuan utamanya adalah “Penyucian moral.” Rutinitas anggota Opus Dei mirip dengan sekte ortodoks (kekristenan yang terpisah dari Serikat Kepausan). Mencambuk diri sendiri,memasang kawat duri di paha selama dua jam,puasa jumat dan memakai jubah serta kudung pada setiap kurban misa. Ada satu hal yang menarik,anggota organisasi ini adalah orang-orang yang sangat diandalkan dalam bidangnya misalnya perbankan,politik,budaya,sosial,bahkan bidang Theologia. Pemaparan petinggi Opus Dei (aku lupa namanya) tentang organisasi ini secara blak2an meruntuhkan paradigma bahwa Opus Dei adalah organisasi tertutup.

Sepertinya insomiaku kambuh lagi.....aku masih ingin bercerita banyak tapi membaca Opus Dei adalah peristiwa terakhir untuk hari ini. Mudah-mudahan besok aku punya waktu luang....

;;

Template by:
Free Blog Templates