Jumat, 15 Mei 2009

senin,29 april 2009

Kadang-kadang aku tiba-tiba merasa sedih walau puluhan orang bolak-balik di hadapanku untuk kepentingan mereka masing-masing. Aku tidak tahu kenapa tapi ada yang mengganjal di bawah perutku merambat ke tengah dadaku,tenggorokan,dan mataku. Tidak ada hal menyedihkan terjadi hari ini bahkan ada seribu satu alasan untuk tertawa dengan teman-temanku. Bahkan hari ini diisi dengan banyak sekali kegiatan. Bahkan lagi ada yang tersisa buat besok. Saint Amas mau membicarakan kegiatan yang kami rintis untuk anak-anak jalanan. Sekedar mengajar baca tulis. Aku dengan senang hati bergabung di sini.
Sorenya aku beli Genus dan catatan harian Anne Frank yang lebih lengkap lagi. Rasanya sepanjang kuliah aku lebih banyak mencurahkan perhatianku di buku-buku yang aku beli seenak udelku dibanding materi kuliah. Tapi semuanya kan berjalan dengan baik,bahkan kegiatan lain masih bisa menyisip ke waktuku. Aku rasa tidak ada salahnya. Tapi setiap kali Mis Goretti dan Miss Theresia masuk ke kamarku mereka langsung mengerinyutkan dahi sambil memungut sesuatu yang berserakan di lantai.
“Kapan rapinya...” omel mereka. tapi aku gak pernah pusing dengan hal-hal itu. oya tadi aku ketemu salah satu petinggi jurnalis kampus yang sudah pensiun dari jabatannya. Penampilan orang2 jurnal memang selalu ketinggalan zaman. Aku? Mungkin bisa disebut semi-nya hehehe. Dia pernah membawakan materi di sebuah workshop penulisan dan pemaprannya bagus sekali. Aku belajar banyak dari situ. Percakapan awal dimulai dengan menanyakan orang-orang yang aku kenal. Dia mananyakan Mr.Khomei,Mr. Med, dan Mr. Chyrus,segelintir orang yang aktif di jurnal tingkat fakultas tapi dikenal di tingkat universitas bahkan di luar universitas. Aku heran mengapa dia tidak menanyakan Arkelaus yang sering bla...blu...ble...bli...itu. “Aku gak kenal tuh..”. Aku hampir saja terbahak. Buru2 aku mengingatkan diriku. Jangan sampai kejadian yang telah menimpah Arkelaus menimpahku juga. Jadi begini,saat pertama kali kamu bertemu Arkelaus kamu akan termakan pesonanya. Tapi banyak hal yang harus menjadi peringatan agar kita tidak menirunya dan hal itu ada pada Arkelaus. Begini,Arkelaus adalah mahasiswa yang sudah tidak tahan lagi tinggal di kampus. Tapi dia selalu berpura-pura kalau sebenarnya dia betah tinggal di kampus. Dia sering membicarakan tulisan-tulisannya,cerpen,puisi,essay,karya ilmiah,artikel,dan lain-lain. Katanya cewk-cewek sering klepak-klepek baca puisinya dan karya ilmiahnya sering masuk hitungan. Tidak jelas masuk hitungan mana. Arkelaus lebih sering mengkritik dengan kata-kata pedas dari pada memberi penjelasan tentang sebuah kajian jurnalistik. Dugaanku dia tidak tahu banyak. Aku sering menertawakan orang gara-gara kesalahan kosa katanya. Begitu juga Arkelaus. Dia bilang rekonsiliasi=referundum. Kesalahan fatal untuk status seorang petinggi. Dosen-dosen bisa menagis mendengarnyaTapi aku hanya diam dan merenung,sebaiknya kalau aku belum tahu banyak aku diam saja atau kalau meragukan kebenaran sebelum mengatakan kalimatku harus didahului kata,”Kalau tidak salah.”
Di sisi lain Arkelaus sebenarnya lucu. tapi satu yang mencengangkan,ternyata dia tidak populer dibanding nama-nama diatas yang berpenampilan apa adanya.

Dua hari ini aku memikirkan sebuah alur novel yang rencananya akan kutulis tahun ini juga. Tapi rencanaku selalu gagal. Entah kenapa. Novel Ali gagal! Novel Sarwa Jemima gagal. Novel Metamorfosis juga gagal. Padahal mereka bilang bagus,tapi belum tentu Jodi Picoul,Soe Monk Kid atau Andrea Hirata bilang begitu. Aku tidak suka dengan novel percintaan seperti karangan Andrei Aksana yang penampilannya amit-amit itu. berlebihan...gak usah jauh-jauh Andrea Hirata yang gak banyak cincong aja bisa melejit dibanding belaiu. Satu lagi yang aku tidak suka. Kelas dua SMA saat aku week end di Jogja aku sempat ke Workshopnya Andrei Aksana. Di situ dia menjelaskan proses menulis novel serta tips-tips mencari suasana yang nyaman untuk menulis. 50% bahasa Indonesia 50% bahasa Inggris itupun disebutkan bergantian. Hadirin ada yang mengoceh karena gaya Andrei Aksana yang terkesan dibuat-buat. Pada akhir workshop Andrei Aksana membagikan bukunya yang berjudul “Be A Writer,Be A Celebrity!”. Aku pikir semua isinya berbahasa Inggris tapi ternyata tidak. Hanya judul bab-babnya saja yang berbahasa Ingris. Misalnya, Hits Wonder,Be Famous,Start with A reason,dan lain2. tidak ada salahnya mempelajari Bahasa Inggris,tapi jangan dicampur aduk dengan bahasa kita dunk. Aaaaarhhhhhhh....kenapa sih pemerkosaan bahasa justru dilakukan oleh seorang novelist. Ini yang harus kita kritisi. Mungkin kita sudah malu jadi Orang Indonesia sampai-sampai kita malu pada bahsa kita sendiri. Padahal kalau kita fanatik pada bahasa Indonesia,aku pikir itu akan dihargai oleh bangsa lain. Bangsa memang sudah sakit tapi jangan dibikin sakit lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates