Jumat, 24 April 2009

Jumat,24 April 2009

Hari yang penuh dengan pelajaran,
Semangatku untuk mengkaji materi-materi perkuliahan mulai meningkat setelah diiming-imingi sesuatu. Awalnya perhatianku disita oleh materi-materi Teologis dan ke-eksotis-an Mesir juga kota Teheran+sedikit mengikuti perkembangan politik. Mid kemarin mengandalkan penalaran karena catatan dan bahan-bahanku kurang lengkap. Bergaya bahasa memang bakat yang penuh teka-teki. Ada gaya bahasa yang mengandung daya magis dan ada gaya bahasa yang tidak terlalu menarik tapi menuturkan hal-hal yang(sebenarnya) luar biasa. Aku tidak tahu harus dimasukkan dalam kategori mana. Aku juga tidak mau menyatakan pandangan subjektif tentang diriku di sini karena pasti semua akan menilai kalau itu kesombongan hehehehe....
Misalnya,kelas satu SMA,guru agamaku pernah memberi soal ulangan. Pertanyaanya. Apakah yang dimaksud dengan “Mujizat”. Pengertian mujizat menurut buku/guru agamaku sudah bertengger manis di catatan teman-temanku beberapa hari lalu tapi di catatanku tidak ada. aku mulai berpikir keras. Pertama,aku paham sekali arti mujizat,tapi bagaimana ya mendefenisikannya? Tidak lama kemudian kata-kata ini bertengger di kertas ulanganku,”Mujizat adalah cara seseorang keluar dari masalahnya tanpa sedikitpun mengerti bagaimana dia keluar dari masalah itu.”
Pertanyaan nomor dua,”apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah...” yang satu ini juga sudah terkonsep manis dicatatan teman-temanku keculi dicatatanku. Menalar lagi. Apa kira-kira Kerajaan Allah itu. Konsep pemikiran pertamaku,Kerajaan Allah...pasti Allah-lah yang bertahta disitu. Apakah setan-setan ada di sini? Apakah malaikat yang sejenis dengan Lucifer ada dalam Kerajaan Allah menunggu detik dimana dia akan diusir. Tapi aku tetap berpikir bahwa kerajaan Allah itu Maha Suci adanya. Maka aku tulis Kerajaan Allah adalah gudang segala kebaikan. Ternyata konsep kerajaan Allah ala guru agamaku dalam ulangan harian ini menuntut adanya referensi Alkitab. Mau tidak mau kami harus mencamtumkan ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan kerajaan Allah dalam nomor ini. Mati aku!. Tapi daya ingatku tidak begitu buruk. Untuk nomor-nomor lain yang kebanyakan menayakan ayat ada koq yang terjawab sempurna.

Oya,hari ini dimulai dengan presentasi kelompok kami di mata kuliah hukum adat. Aku diserbu dengan pertanyaan apa dampak positif dan negatif hukum adat dalam pemberlakuan hukum nasional. Aku yang tidak menguasai makalah kelompok sedikt kalang kabut tapi lagi-lagi aku mengandalkan penalaran. Apa gunanya dibesarkan dalam masyarakat adat kalau aku tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Aku menjawab kalau masyarakat kita tetap mempertahankan nilai-nilai hukum adat maka tanpa sadar kita telah memelihara kelestarian dan keaslian budaya tradisional yang beraneka macam itu. sisi negatifnya mungkin bisa dilihat dari sisi kepercayaan. Hukum adat berkaitan erat dengan animisme sedangkan sebagian besar masyarakat sudah menganut paham monoteis. Sang penaya puas. Tapi sebenarnya aku deg2an karena terlanjur mengucapkan kata monteis. Takut kalau debat trinitas malah pecah di kelas hukum adat apalagi yang wajib menjawabnya adalah saya. Mungkin kalau itu terjadi aku akan berkata,”anda salah kalau menanyakan itu pada saya. Saya ini “sedang” sesat...belum melihat jalan...”. Ada satu hal yang saya sukai tentang hukum adat. Sepertinya hanya mata kuliah ini yang sesekali mengingatkanku akan rasa syukur pada keberagaman negeri ini. Aku bangga lahir di Indonesia dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu aku lebih setuju kalau kumpulan puisi berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia” ditarik saja dari peredaran.

Kebetulan mata kuliah kedua adalah pelajaran Agama Khatolik. Diskusi minggu ini sampai pada konsep “Pendidikan iman Khatolik bagi Anak.” Penateri yang cukup oke dengan kata-kata renyanya itu (Baldwin) memaparkan bahwa pendidikan iman Khatolik dimulai dari keluarga. Hmmm...sepertinya ibuku telah melakukannya dengan baik. Dalam setahun aku tidak pernah absen ke gereja (dulu). Tapi sekarang aku mulai bingung tentan hakikat Ke-Tuhanan. Haaa...aku mulai merasa menghianati beliau. Tapi tak apalah. Kebingungan ini pasti tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang tidak kukenali itu.
Linkungan kedua adalah sekolah. Pembahasan pada bab ini membuat perhatianku terpusat sempurna. Apalagi ketika diskusi menyinggung potret sekolah Khatolik pada masa sekarang. Aku dikagetkan oleh suara dosenku yang seperti kesurupan berkata seperti ini,”Sekolah Khatolik itu busuk!!!!”...atas metode apa dia berkata seperti itu? mungkin aku sedikit flash back saja pada pengalamanku di sekolah Khatolik keduaku (yang pertama Sedes Sapientiae).
Saat melangkahkan kaki ke gerbang sekolah keduaku lalu melihat wajah-wajah yang ada disitu....hmmm...bagai sekolah di kota kecil korea atau Tiongkok. 75% muridnya bermata sipit dan berkulit pucat. Kalau berbaur dengan mereka kadang-kadang aku tidak sadar kalau kulitku sawo matang. Mula-mula aku terkagum-kagum pada kemewahan sekolah ini. Jauh dibanding sekolah pertamaku. Pesawat komputer di lab lebih banyak. Peralatan laboratorimnya lengkap dan canggih. Dandanan guru lebih kasual dibanding guru-guruku di sekolah lama. Ruang musiknya juga luas dibanding sekolah lamaku ruamg musiknya di bawah tangga. Kamar asramanya satu kamar satu orang sedang asrama di sekolah lamaku satu kamar dihuni satu angkatan. Angkatanku sendiri jumlahnya 16. kelas dua berkurang dua orang kelas tiga berkurang satu orang (aku). Di belakang sekolah ada kolam renang bo’....haaa di sekolah lamaku adanya kolam ikan. Tapi aku harus jujur,dengan segala kekurangan dan kelebihannya sekolah lama lebih merebut hatiku. Sesaat bersekolah di sekolah dua sepertinya memberi satu luka berbekas yang tidak bisa lepas sekaligus menjadi bahan bakar untuk lebih maju dan maju lagi. Kadang-kadang peremehan justru membuat kita bersemangat loh. Untuk itu sebelum melanjutkan tulisan ini aku ingin sekali mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah meremehkanku,tanpa kalian aku tidak akan pernah untuk terpacu maju. Guru Kimiaku bilang daya tangkapku lemah. Guru matematika (satu) di sekolah itu juga bilang begitu. Seperti yang sudah aku bilang,guru yang bodoh adalah guru yang cepat-cepat memberi kesimpulan tentang muridnya. Untung guru fisika dengan hormat saya sebut namanya Pak Daniel melakukan pendekatan itu. Ketidakpercayaannya tentang kebodohanku membuatku percaya diri mengerjakan soal-soal fisika. Kalau lagi semangat menganalisis aku bisa lo mengerjakan soal fisika yang rumit sekalipun. Bahkan sejarah pernah mencatat satu soal yang kupecahkan setelah yang ter-pintar di bidang fisika angkat tangan (satu saja tentang kinematika. Bab rangkaian listrik tidak terlalu kukuaai) setelah dinamika,mekanika,dan kinematika aku tidak eksis lagi di fisika. Mungkin waktu itu aku sedang emosi aja kali untuk membuktikan kalau aku gak bodoh2 amat. Tetap buruk untuk pelajaran kimia dan matematika satu. Nilaiku tidak pernah karuan sepanjang semester. Sepertinya cerita ini terlalu panjang aku akan cerita lagi besok. Butuh tiga hari untuk menuntaskan cerita semasa sekolah menengah.

Hari ini Fajar ‘JD mulai aneh. Tapi mungkin benar juga kata Prayogo Edward,setiap orang pasti sakit jiwa. Aku kamu dan semuanya. Cuma kadarnya yang berbeda. Malamnya aku menelpon Saint Amas,cewek berkerudung yang jadi penasehat setiaku. Aku curhat habis-habisan tentang kekesalanku pada orang2 yang kutemui hari ini. Seperti biasa Saint Amas mendengarkanku dengan sabar. Biar kuceritakan sedikit tentang Saint Amas. Saint Amas adalah mahasiswa arsitek Unhas yang mati-matian memperjuangkan aku agar bisa melalu seleksi PTN dengan mulus. Dia jadi guru private untuk beberapa bulan. Saint Amas yang selalu memberiku semangat saat aku down atau kehilangan percaya diri. Dia begitu tulus dan tidak menyimpan sedikitpun kebohongn. Nasehatnya memberi aku kekuatan memaafkan yang cukup mengherankan. Saat aku menceritakan orng-orang yang membuatku sakit,Saint Amas bilang rasakan perubahan pada diri jika kita dengan iklhlas bisa memaafkan orang lain tanpa harus menunggu dia minta maaf pada kita. Inti nasehat-nasehat Saint Amas adalah keikhlasan. Begitupun ketika aku kehilangan buku-buku dan mp4 ku. Saint Amas bilang obatnya Cuma ikhlas. Ketika aku merasa bahwa tugasku sangat berat,kuncinya Cuma kerjakan dengan ikhlas. Sepertinya segala hal membutuhkan keikhlasan. Begitupun ketika Saint Amas mendengar kalau Fajar ‘Jd menjalin hubungan serius dengan gadis yang menjadi pujaannya. Di balik luka hatinya Saint Amas tetap iklas. Kenapa ya untuk saat ini Saint Amas sudah menyaingi posisi ibuku. Tapi mereka adalah dua wanita yang tidak berbeda jauh.Apa salahnya kalau aku dekat dengan Saint Amas,toh peng-ilham paling baik untuk kondisi kejiwaanku saat ini adalah Saint Amas. Biarlah ibu larut dalam kesibukannya dan yang lain tetap pada jarak yang diciptakannya sendiri. Aku mulai sungkan pada yang lain. Menyedihkan memang.....apa ini pengasingan? Aku tidak berani memberi kesimpulan.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates