Rabu, 22 April 2009

22 April 2009

Beberapa hari lalu aku menjadi panitia di acara diklat jurnalistik yang LPMH adakan untuk SMA se-sulawesi selatan. Sedikit menyiksa kalau aku harus meninggalkan kamarku selama dua hari. Sehari tanpa menyepi rasanya tidak enak. Ah, sepertinya aku dijebak kebiasaan ini.

Setelah rangkaian acara selesai tanggal 19 April bis membawa peserta dan panitia ke kampus. Sebenarnya aku bisa langsung pulang tapi sepertinya ketwa-ketiwi sama teman LPMH itu penting untuk hubungan aku dan mereka juga mereka ke aku.

Agak tengah malam saat aku meninggalkan kampus diantar kakak senior yang mau mengambil file di komputerku. Tiba-tiba kakak ke-5 datang dengan teman kecil kami (aku dan kakak 5) Luis Pa. Aku langsung murung. Mengapa Tuhan tidak memperhatikan suara hatiku? Aku mau menyepi setelah dua hari terpisah dari ritual ini. Kakak 5 minta uang 10.000,katanya dia butuh (banget) aku tidak punya pecahan 10 ribu. Yang ada 20rbu. Dia merajuk agar aku memberinya segitu saja. Aku ridho asal dia pergi saat itu juga.

Aku lupa menutup pintu depan saat kakak 5,Luis Pa,dan kakak seniorku pergi. Tiba-tiba salah seorang teman kost ku melihat sosokku dalam kamar yang dua hari ini gelap gulita. Dia menyapaku rama dengan nada yang powerfull. Tanpa dipersilahkan dia masuk kamar. Aku tidak bisa menylahkan kebiasaan ini. Karena aku juga sering begitu pada kamar-kamar lain. Aku menyengir lebar-lebar. (kalau nanti aku punya banyak uang untuk membangun rumah,aku akan merahasiakan kalau dibawah rumahku ada ruang bawah tanah (ruang penghindar tamu))

Mungkin untuk malam ini aku bukan teman ngobrol yang baik untukmu,kawan.

Aku punya sedikit waktu untuk online. Kebetulan Fajar ‘JD juga online. Aku cerita tentang cowok aneh yang kutemui di toko buku seberang. Sebelum jadi mahasiswa aku sudah melihatnya disitu dan berbulan-bulan kemudian kami ketemu lagi di tempat yang sama. Dia bukan teman ngobrol yang baik. Saat aku mengulurkan tangan dia tidak menyentuhnya sama sekali. Dia juga tidak berinisiatip untuk memulai satu obrolan denganku. Kadang-kadang kondisi beku seperti ini tidak membuatku betah. Kata Fajar ‘JD itu berhubungan dengan spiritualitas. Begitulah cara orang itu menunjukkan penghormatannya pada perempuan. Hmmm...di sisi lain aku menghormati prinsipnya yang kokoh tapi jangan harap aku berminat ke toko itu lagi.

Tanggal 21 April adalah hari kartini. Tidak ada perayaan simbolik di kampus. Kompas juga tidak mengulasnya di halaman awal. Yang memuat sosok kartini dalam kata-kata pendek hanya dua perusahaan besar. Yang satu produk kecantikan dan yang satu lagi Pertamina. Aku gak tau ini untuk menaikkan pamor atau benar-benar tulus memperingati hari Kartini. Malamnya aku menyelesaikan novel “TANPA NAMA” karangan seorang sastrawan vietnam. Ceritanya menarik. Aku sampai minum capuci untuk mengatasi kantukku. Novel selsai saat azan selsai. Kepalaku oleng dekat pintu utama,kira-kira sejam kemudian aku kaget karena om koran menggedor pintu sambil mengucapkan selamat pagi. Aku memungut koran lalu meletakkannya di dekat komputer. Dibaca siang saja. Aku ngantuk. kuliah hari ini jam 9.15 pagi. Aku ke kampus tapi dosennya tidak hadir. Tidak ada yang protes kalau dosen tidak hadir. Kalau ada berarti pelajar Indonesia sudah mengalami kemajuan pesat dan itu berawal dari kelas kami.

Hari ini dosen juga tidak hadir. Aku sama sekali tidak keberatan dengan ini semua. Toh,semua tidak harus didapat di bangku kuliah. Sampai pukul dua siang aku menghabiskan waktu dengan teman2ku. Semalam aku tidur jam tiga subuh. Jam tiga siang aku melajutkan tidurku sampai jam emam. Satu jam aku membenahi kamarku lalu mengadakan rapat kecil di kamar ujung. Ini masalah tagihan air. Aku mendapat keringanan 50.000 dari tagihan awal. Akhirnya aku bisa membeli satu buku lagi. Jam 8 malam aku ke papirus. Aku pikir The Name Of Roses diskon 50% tapi ternyata Cuma 10%. Harganya jadi 86.000. aku tidak bisa beli. Kalau iya berarti akhir bulan aku harus puasa. Akhirnya aku membeli buku dalam list ke-duaku,”Sejarah Pers Indonesia” harganya 54.000. sebenarnya buku ini sudah kubaca habis tapi gak komplit rasanya kalau dia tidak bertengger di rakku. Siapa tau suatu hari aku berminat membaca ulang. Sempat ketemu Fajar ‘dj...padahal aku pernah membawah bukunya ke kampus untuk jaga-jaga kalau aku ketemu dia,aku mau dia menandatangani halaman depannya seperti yang dilakukan penulis untuk buku-buku karangannya. Sekarang aku ketemu tapi bukunya gak aku bawa. Fajar ‘JD Cuma sebentar di toko. aku menghabiskan waktu satu jam untuk berdiskusi agama dengan Sa ‘Din penjaga toko yang sudah lama berteman denganku. Hal yang paling menyenangkan memang keterbukaan tentang apa yang diragukan dan yang kira-kira benar. Kami tidak bicara seyakin-yakinnya akan satu hal. Kami berdiskusi tanpa harus menyudutkan satu keyakinan. Bicara agama memang harus bersikap sangat netral seolah-olah kita tidak sedang menganut agama itu dan agama ini. Sa ‘Din cerita kalau pastur gereja seberang jalan kenal baik dengannya dan mereka sering diskusi soal ini. Ah...sepertinya kita harus menghilangkan persepsi lama. Semua itu hanya salah paham. Kalau begini kan jauh lebih nyaman.

Malam ini Opus Dei (karya Tuhan) rencananya akan selesai. Besok kan kuliah sore jadi aku punya banyak waktu. Opus Dei(sebuah organisasi dalam Khatolik Roma) menceritakan satu organisasi yang tertutup selama berabad lamanya (introvert/tertutup menurut pandangan subjektif orang2 yang tidak bergabung di dalamnya). Organisasi ini berdiri di spnyolpada tahun 1928 oleh seorang biarawan yang telah dibeatifikasi puluhan tahun setelahnya. Anggota Opus Dei terdiri dari biarawan dan orang awam. Tujuan utamanya adalah “Penyucian moral.” Rutinitas anggota Opus Dei mirip dengan sekte ortodoks (kekristenan yang terpisah dari Serikat Kepausan). Mencambuk diri sendiri,memasang kawat duri di paha selama dua jam,puasa jumat dan memakai jubah serta kudung pada setiap kurban misa. Ada satu hal yang menarik,anggota organisasi ini adalah orang-orang yang sangat diandalkan dalam bidangnya misalnya perbankan,politik,budaya,sosial,bahkan bidang Theologia. Pemaparan petinggi Opus Dei (aku lupa namanya) tentang organisasi ini secara blak2an meruntuhkan paradigma bahwa Opus Dei adalah organisasi tertutup.

Sepertinya insomiaku kambuh lagi.....aku masih ingin bercerita banyak tapi membaca Opus Dei adalah peristiwa terakhir untuk hari ini. Mudah-mudahan besok aku punya waktu luang....

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates