Jumat, 24 April 2009

Jumat,24 April 2009

Hari yang penuh dengan pelajaran,
Semangatku untuk mengkaji materi-materi perkuliahan mulai meningkat setelah diiming-imingi sesuatu. Awalnya perhatianku disita oleh materi-materi Teologis dan ke-eksotis-an Mesir juga kota Teheran+sedikit mengikuti perkembangan politik. Mid kemarin mengandalkan penalaran karena catatan dan bahan-bahanku kurang lengkap. Bergaya bahasa memang bakat yang penuh teka-teki. Ada gaya bahasa yang mengandung daya magis dan ada gaya bahasa yang tidak terlalu menarik tapi menuturkan hal-hal yang(sebenarnya) luar biasa. Aku tidak tahu harus dimasukkan dalam kategori mana. Aku juga tidak mau menyatakan pandangan subjektif tentang diriku di sini karena pasti semua akan menilai kalau itu kesombongan hehehehe....
Misalnya,kelas satu SMA,guru agamaku pernah memberi soal ulangan. Pertanyaanya. Apakah yang dimaksud dengan “Mujizat”. Pengertian mujizat menurut buku/guru agamaku sudah bertengger manis di catatan teman-temanku beberapa hari lalu tapi di catatanku tidak ada. aku mulai berpikir keras. Pertama,aku paham sekali arti mujizat,tapi bagaimana ya mendefenisikannya? Tidak lama kemudian kata-kata ini bertengger di kertas ulanganku,”Mujizat adalah cara seseorang keluar dari masalahnya tanpa sedikitpun mengerti bagaimana dia keluar dari masalah itu.”
Pertanyaan nomor dua,”apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah...” yang satu ini juga sudah terkonsep manis dicatatan teman-temanku keculi dicatatanku. Menalar lagi. Apa kira-kira Kerajaan Allah itu. Konsep pemikiran pertamaku,Kerajaan Allah...pasti Allah-lah yang bertahta disitu. Apakah setan-setan ada di sini? Apakah malaikat yang sejenis dengan Lucifer ada dalam Kerajaan Allah menunggu detik dimana dia akan diusir. Tapi aku tetap berpikir bahwa kerajaan Allah itu Maha Suci adanya. Maka aku tulis Kerajaan Allah adalah gudang segala kebaikan. Ternyata konsep kerajaan Allah ala guru agamaku dalam ulangan harian ini menuntut adanya referensi Alkitab. Mau tidak mau kami harus mencamtumkan ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan kerajaan Allah dalam nomor ini. Mati aku!. Tapi daya ingatku tidak begitu buruk. Untuk nomor-nomor lain yang kebanyakan menayakan ayat ada koq yang terjawab sempurna.

Oya,hari ini dimulai dengan presentasi kelompok kami di mata kuliah hukum adat. Aku diserbu dengan pertanyaan apa dampak positif dan negatif hukum adat dalam pemberlakuan hukum nasional. Aku yang tidak menguasai makalah kelompok sedikt kalang kabut tapi lagi-lagi aku mengandalkan penalaran. Apa gunanya dibesarkan dalam masyarakat adat kalau aku tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Aku menjawab kalau masyarakat kita tetap mempertahankan nilai-nilai hukum adat maka tanpa sadar kita telah memelihara kelestarian dan keaslian budaya tradisional yang beraneka macam itu. sisi negatifnya mungkin bisa dilihat dari sisi kepercayaan. Hukum adat berkaitan erat dengan animisme sedangkan sebagian besar masyarakat sudah menganut paham monoteis. Sang penaya puas. Tapi sebenarnya aku deg2an karena terlanjur mengucapkan kata monteis. Takut kalau debat trinitas malah pecah di kelas hukum adat apalagi yang wajib menjawabnya adalah saya. Mungkin kalau itu terjadi aku akan berkata,”anda salah kalau menanyakan itu pada saya. Saya ini “sedang” sesat...belum melihat jalan...”. Ada satu hal yang saya sukai tentang hukum adat. Sepertinya hanya mata kuliah ini yang sesekali mengingatkanku akan rasa syukur pada keberagaman negeri ini. Aku bangga lahir di Indonesia dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu aku lebih setuju kalau kumpulan puisi berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia” ditarik saja dari peredaran.

Kebetulan mata kuliah kedua adalah pelajaran Agama Khatolik. Diskusi minggu ini sampai pada konsep “Pendidikan iman Khatolik bagi Anak.” Penateri yang cukup oke dengan kata-kata renyanya itu (Baldwin) memaparkan bahwa pendidikan iman Khatolik dimulai dari keluarga. Hmmm...sepertinya ibuku telah melakukannya dengan baik. Dalam setahun aku tidak pernah absen ke gereja (dulu). Tapi sekarang aku mulai bingung tentan hakikat Ke-Tuhanan. Haaa...aku mulai merasa menghianati beliau. Tapi tak apalah. Kebingungan ini pasti tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang tidak kukenali itu.
Linkungan kedua adalah sekolah. Pembahasan pada bab ini membuat perhatianku terpusat sempurna. Apalagi ketika diskusi menyinggung potret sekolah Khatolik pada masa sekarang. Aku dikagetkan oleh suara dosenku yang seperti kesurupan berkata seperti ini,”Sekolah Khatolik itu busuk!!!!”...atas metode apa dia berkata seperti itu? mungkin aku sedikit flash back saja pada pengalamanku di sekolah Khatolik keduaku (yang pertama Sedes Sapientiae).
Saat melangkahkan kaki ke gerbang sekolah keduaku lalu melihat wajah-wajah yang ada disitu....hmmm...bagai sekolah di kota kecil korea atau Tiongkok. 75% muridnya bermata sipit dan berkulit pucat. Kalau berbaur dengan mereka kadang-kadang aku tidak sadar kalau kulitku sawo matang. Mula-mula aku terkagum-kagum pada kemewahan sekolah ini. Jauh dibanding sekolah pertamaku. Pesawat komputer di lab lebih banyak. Peralatan laboratorimnya lengkap dan canggih. Dandanan guru lebih kasual dibanding guru-guruku di sekolah lama. Ruang musiknya juga luas dibanding sekolah lamaku ruamg musiknya di bawah tangga. Kamar asramanya satu kamar satu orang sedang asrama di sekolah lamaku satu kamar dihuni satu angkatan. Angkatanku sendiri jumlahnya 16. kelas dua berkurang dua orang kelas tiga berkurang satu orang (aku). Di belakang sekolah ada kolam renang bo’....haaa di sekolah lamaku adanya kolam ikan. Tapi aku harus jujur,dengan segala kekurangan dan kelebihannya sekolah lama lebih merebut hatiku. Sesaat bersekolah di sekolah dua sepertinya memberi satu luka berbekas yang tidak bisa lepas sekaligus menjadi bahan bakar untuk lebih maju dan maju lagi. Kadang-kadang peremehan justru membuat kita bersemangat loh. Untuk itu sebelum melanjutkan tulisan ini aku ingin sekali mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah meremehkanku,tanpa kalian aku tidak akan pernah untuk terpacu maju. Guru Kimiaku bilang daya tangkapku lemah. Guru matematika (satu) di sekolah itu juga bilang begitu. Seperti yang sudah aku bilang,guru yang bodoh adalah guru yang cepat-cepat memberi kesimpulan tentang muridnya. Untung guru fisika dengan hormat saya sebut namanya Pak Daniel melakukan pendekatan itu. Ketidakpercayaannya tentang kebodohanku membuatku percaya diri mengerjakan soal-soal fisika. Kalau lagi semangat menganalisis aku bisa lo mengerjakan soal fisika yang rumit sekalipun. Bahkan sejarah pernah mencatat satu soal yang kupecahkan setelah yang ter-pintar di bidang fisika angkat tangan (satu saja tentang kinematika. Bab rangkaian listrik tidak terlalu kukuaai) setelah dinamika,mekanika,dan kinematika aku tidak eksis lagi di fisika. Mungkin waktu itu aku sedang emosi aja kali untuk membuktikan kalau aku gak bodoh2 amat. Tetap buruk untuk pelajaran kimia dan matematika satu. Nilaiku tidak pernah karuan sepanjang semester. Sepertinya cerita ini terlalu panjang aku akan cerita lagi besok. Butuh tiga hari untuk menuntaskan cerita semasa sekolah menengah.

Hari ini Fajar ‘JD mulai aneh. Tapi mungkin benar juga kata Prayogo Edward,setiap orang pasti sakit jiwa. Aku kamu dan semuanya. Cuma kadarnya yang berbeda. Malamnya aku menelpon Saint Amas,cewek berkerudung yang jadi penasehat setiaku. Aku curhat habis-habisan tentang kekesalanku pada orang2 yang kutemui hari ini. Seperti biasa Saint Amas mendengarkanku dengan sabar. Biar kuceritakan sedikit tentang Saint Amas. Saint Amas adalah mahasiswa arsitek Unhas yang mati-matian memperjuangkan aku agar bisa melalu seleksi PTN dengan mulus. Dia jadi guru private untuk beberapa bulan. Saint Amas yang selalu memberiku semangat saat aku down atau kehilangan percaya diri. Dia begitu tulus dan tidak menyimpan sedikitpun kebohongn. Nasehatnya memberi aku kekuatan memaafkan yang cukup mengherankan. Saat aku menceritakan orng-orang yang membuatku sakit,Saint Amas bilang rasakan perubahan pada diri jika kita dengan iklhlas bisa memaafkan orang lain tanpa harus menunggu dia minta maaf pada kita. Inti nasehat-nasehat Saint Amas adalah keikhlasan. Begitupun ketika aku kehilangan buku-buku dan mp4 ku. Saint Amas bilang obatnya Cuma ikhlas. Ketika aku merasa bahwa tugasku sangat berat,kuncinya Cuma kerjakan dengan ikhlas. Sepertinya segala hal membutuhkan keikhlasan. Begitupun ketika Saint Amas mendengar kalau Fajar ‘Jd menjalin hubungan serius dengan gadis yang menjadi pujaannya. Di balik luka hatinya Saint Amas tetap iklas. Kenapa ya untuk saat ini Saint Amas sudah menyaingi posisi ibuku. Tapi mereka adalah dua wanita yang tidak berbeda jauh.Apa salahnya kalau aku dekat dengan Saint Amas,toh peng-ilham paling baik untuk kondisi kejiwaanku saat ini adalah Saint Amas. Biarlah ibu larut dalam kesibukannya dan yang lain tetap pada jarak yang diciptakannya sendiri. Aku mulai sungkan pada yang lain. Menyedihkan memang.....apa ini pengasingan? Aku tidak berani memberi kesimpulan.

Kamis, 23 April 2009

23 April 2009

Perang adalah mahkota dari sejarah. Ketika sejarah berbicara tentang rebut merebut disitulah perang dibicarakan. Perang mengerikan menurutku. Syukur aku tidak pernah mengalami kondisi ini sedikitpun. Dalam Kitab Penghotba dibicarakan tentang kesia-siaan. Sang ksatria perang juga memiliki kesia-siaan hidup menurutku. Dia melupakan mati untuk membelah rakyatnya,sepertinya mati konyol dalam perang. Ya Tuhan,aku seperti orang kafir saja. Bukankah kematian itu bukan akhir segalanya? Mungkin saja ksatria-ksatria itu sedang dijamu sajian paling lezat di surga dan mendapatkan tempat paling nyaman.
Pahlawan pahlawan kami gugur karena menolak penjajahan. Selagi hidup mereka mengatur strategi untuk mengusir penjajah yang yang mengisap kekayaan alam Indonesia. Tapi akhirnya mereka mati dalam perjuangan yang memantangkan untuk bergerak mundur itu. Setelah kemerdekaan berhasil direbut mungkin mereka juga mengadakan pesta di alam keabadian. Tapi aku tidak tahu setelahnya. Sepertinya pemimpin setelah itu berlindung di bawah ungkapan yang menyatakan “bangsa besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan an menghormati para pemimpinnya”. Dari sejarah kita bisa tahu kalau beliau-beliau menyalagunakan penghormatan itu. Setelah l’exploitation de l’homme par l’homme (pengisapan manusia atas manusia) mulai kelihatan sepertinya kita tidak perlu merayakan ulang tahun kemerdekaan. Kalau kita menyadari sepertinya kemerdekaan have gone to end saat pemimpin berubah menjadi sosok yang mengerikan bafi rakyat (dracula). Pesta kemerdekaan di alam keabadian mungkin akan dikejutkan oleh berita dari bumi Indonesia. Apakah arwah para pahlawan bisa tenang melihat ini semua? Lalu dengan lantang mereka berteriak dari sana,
“Hei manusia beginikah cara kalian menghargai pengorbanan yang paling besar dari kami (;nyawa)?”
Manusia bejat pasti tidak akan pernah mendengar suara-suara itu. 

Sejarah juga bicara tentang perjuangan untuk bangkit dari ketertindasan dan pembodohan. Hampir semuanya tidak lepas dari kekerasan. Pada tahun 1998 banyak dari para pendahulu kami yang melupakan mati untuk sebuah perubahan “Revolusi”. Ada yang mati dan banyak yang keberadaanya meragukan sampai sekarang. Bagiku yang mati dan yang hilang adalah segelintir manusia dengan ideologi terhormat dan telah menyenangkan arwah-arwah pahlawan di alam sana. Para pendahulu yang terhormat,dengan ideologi terhormat,kematianmu juga terhormat. Kami sebagai generasi yang datang berikutnya smestinya tahu cara menghormati darah yang tumpah itu. Mestinya semangat mereka masih hidup dalam diri kami. Aku pikir tanpa disadari Fajar ‘JD sudah melakukan itu dengan buku-bukunya dengan judul yang sangat dengkih pada ketidak adilan. Puisi Wiji tentang hakikat suara yang tak bisa dipenjarakan menjadi bahan bakar semangatnya. Aku juga ingin melakukan itu semua dengan caraku sendiri (tapi sampai sekarang belum terwujud). Aku sadar perjuangan belum berakhir. Saat ini mencari kutu dalam ijuk sama sulitnya dengan menemukan orang jujur dalam dewan. Sangat sedikit anggota dewan yang menghormati sumpahnya. Dan bagiku anggota dewan yang menghianati sumpahnya adalah orang yang paling tidak terhormat. Jika sekarang aku berhadapan dengan seorang anggota dewan lalu dia bertanya padaku tentang aspirasi aku hanya ingin berkata,”konsentrasilah pada tugas anda. Tunjukkan bahwa DPR adalah lembaga terhormat. Itu tugas yang harus anda pikul...”

“malam ini aku iseng mengkalkulasi list buku-buku yang membuatku penasaran pada isinya. Semuanya Rp.780.00. aku tidak punya uang cukup. Sepertinya buku-buku ini harus dibeli sedikit demi sedikit. Mudah-mudahan bisa lengkap dalam waktu setahun.”

Tadi siang aku menonton Seri Film Indonesia yang membuat aku mencibir. Latarnya begitu mengumbar kekayaan. Persoalan yang ditonjolkan adalah harta warisan. Pasti di akhir cerita tokoh utama akan mendapatkan harta itu setelah dia mendapat penindasan dari tokoh antagonis. Alur cerita Film Indonesia memang senada dari zaman ke zaman. Insan film yang mengumbar kekayaan berlibihan itu sepertinya lari dari kenyataan kalau negaranya melarat. 
Laskar Pelangi jauh lebih bagus ari film2 ini. Bahkan film tadi itu tidak pantas jika harus dibandingkan dengan laskar pelangi. Laskar pelangi adalah film yang bercerita tentang kondisi negara apa adanya. Benar kata Ibuku,tidak ada yang lebih berharga dibanding menuturkan sesuatu apa adanya....

Malam ini aku akan membaca novel t kill a mocking bird. Diksinya agak membosankan. Mungkin halaman2nya ada yang aku sisikan untuk malam berikutnya. Setelah itu aku tidak punya bacaan lagi. Aku belum menemukan bacaan yang kusukai di perpustakaan fakultas. Di perpustakaan pusat kebanyakan buku-buku menjelasakan sesuatu yang bersifat statistik. Aku sama sekali tidak suka membaca sesuatu dengan menggunakan grafik. Permulaan kelas dua SMA untuk pelajaran matematika adalah teori kemungkinan. Aku suka Bab ini. Ulangan hariannyapun memuaskan. Nilaiku bagus,sangat bagus malahan. Bab dua adalah Statistik...mean,modus,grafik dan apalah. Aku sama sekali tidak suka. Nilaiku turun saat itu juga. Temanku si kembar yang rajinnya minta ampun dapat nilai bagus. Mungkin kekalahan di bab kemarin menjadi bahan bakar semangatnya. Iseng-iseng aku tanya sama dia apa dia suka bab ini? Dia bilang itu pertanyaan bodoh. Walaupun tidak suka harus disukai karena membenci pelajaran itu adalah hal yang tidak terpuji bahkan sama halnya dengan dosa. Mungkin dia juga tidak suka tapi berusaha menyukainya. Aku pikir itu adalah penghianatan suara hati. Prinsipku,sehancur-hancurnya nilaiku toh itu bukan untuk menunjukkan kebodohanku tapi aku ingin menunjukkan pada guru kalau aku tidak suka bab ini. Kemudian aku ingin sekali guru itu menganalisis pola pikirku dengan memulainya pada satu pertanyaan.
“Reski Fatima mendapat nilai bagus pada bab pertama,tapi nilainya jelek pada bab dua. Apa yang sebenarnya terjadi?” kemudian guru itu terus menganalisis sampai dia menyimpulkan bahwa aku adalah orang dengan pola pikir yang............................
Menurutku guru yang bodoh adalah guru yang memberi cap bodoh atau pintar pada muridnya pada waktu yang sangat singkat. Aku mengalami itu berulang kali. Rasanya.....lumayan sakit!!

Rabu, 22 April 2009

22 April 2009

Beberapa hari lalu aku menjadi panitia di acara diklat jurnalistik yang LPMH adakan untuk SMA se-sulawesi selatan. Sedikit menyiksa kalau aku harus meninggalkan kamarku selama dua hari. Sehari tanpa menyepi rasanya tidak enak. Ah, sepertinya aku dijebak kebiasaan ini.

Setelah rangkaian acara selesai tanggal 19 April bis membawa peserta dan panitia ke kampus. Sebenarnya aku bisa langsung pulang tapi sepertinya ketwa-ketiwi sama teman LPMH itu penting untuk hubungan aku dan mereka juga mereka ke aku.

Agak tengah malam saat aku meninggalkan kampus diantar kakak senior yang mau mengambil file di komputerku. Tiba-tiba kakak ke-5 datang dengan teman kecil kami (aku dan kakak 5) Luis Pa. Aku langsung murung. Mengapa Tuhan tidak memperhatikan suara hatiku? Aku mau menyepi setelah dua hari terpisah dari ritual ini. Kakak 5 minta uang 10.000,katanya dia butuh (banget) aku tidak punya pecahan 10 ribu. Yang ada 20rbu. Dia merajuk agar aku memberinya segitu saja. Aku ridho asal dia pergi saat itu juga.

Aku lupa menutup pintu depan saat kakak 5,Luis Pa,dan kakak seniorku pergi. Tiba-tiba salah seorang teman kost ku melihat sosokku dalam kamar yang dua hari ini gelap gulita. Dia menyapaku rama dengan nada yang powerfull. Tanpa dipersilahkan dia masuk kamar. Aku tidak bisa menylahkan kebiasaan ini. Karena aku juga sering begitu pada kamar-kamar lain. Aku menyengir lebar-lebar. (kalau nanti aku punya banyak uang untuk membangun rumah,aku akan merahasiakan kalau dibawah rumahku ada ruang bawah tanah (ruang penghindar tamu))

Mungkin untuk malam ini aku bukan teman ngobrol yang baik untukmu,kawan.

Aku punya sedikit waktu untuk online. Kebetulan Fajar ‘JD juga online. Aku cerita tentang cowok aneh yang kutemui di toko buku seberang. Sebelum jadi mahasiswa aku sudah melihatnya disitu dan berbulan-bulan kemudian kami ketemu lagi di tempat yang sama. Dia bukan teman ngobrol yang baik. Saat aku mengulurkan tangan dia tidak menyentuhnya sama sekali. Dia juga tidak berinisiatip untuk memulai satu obrolan denganku. Kadang-kadang kondisi beku seperti ini tidak membuatku betah. Kata Fajar ‘JD itu berhubungan dengan spiritualitas. Begitulah cara orang itu menunjukkan penghormatannya pada perempuan. Hmmm...di sisi lain aku menghormati prinsipnya yang kokoh tapi jangan harap aku berminat ke toko itu lagi.

Tanggal 21 April adalah hari kartini. Tidak ada perayaan simbolik di kampus. Kompas juga tidak mengulasnya di halaman awal. Yang memuat sosok kartini dalam kata-kata pendek hanya dua perusahaan besar. Yang satu produk kecantikan dan yang satu lagi Pertamina. Aku gak tau ini untuk menaikkan pamor atau benar-benar tulus memperingati hari Kartini. Malamnya aku menyelesaikan novel “TANPA NAMA” karangan seorang sastrawan vietnam. Ceritanya menarik. Aku sampai minum capuci untuk mengatasi kantukku. Novel selsai saat azan selsai. Kepalaku oleng dekat pintu utama,kira-kira sejam kemudian aku kaget karena om koran menggedor pintu sambil mengucapkan selamat pagi. Aku memungut koran lalu meletakkannya di dekat komputer. Dibaca siang saja. Aku ngantuk. kuliah hari ini jam 9.15 pagi. Aku ke kampus tapi dosennya tidak hadir. Tidak ada yang protes kalau dosen tidak hadir. Kalau ada berarti pelajar Indonesia sudah mengalami kemajuan pesat dan itu berawal dari kelas kami.

Hari ini dosen juga tidak hadir. Aku sama sekali tidak keberatan dengan ini semua. Toh,semua tidak harus didapat di bangku kuliah. Sampai pukul dua siang aku menghabiskan waktu dengan teman2ku. Semalam aku tidur jam tiga subuh. Jam tiga siang aku melajutkan tidurku sampai jam emam. Satu jam aku membenahi kamarku lalu mengadakan rapat kecil di kamar ujung. Ini masalah tagihan air. Aku mendapat keringanan 50.000 dari tagihan awal. Akhirnya aku bisa membeli satu buku lagi. Jam 8 malam aku ke papirus. Aku pikir The Name Of Roses diskon 50% tapi ternyata Cuma 10%. Harganya jadi 86.000. aku tidak bisa beli. Kalau iya berarti akhir bulan aku harus puasa. Akhirnya aku membeli buku dalam list ke-duaku,”Sejarah Pers Indonesia” harganya 54.000. sebenarnya buku ini sudah kubaca habis tapi gak komplit rasanya kalau dia tidak bertengger di rakku. Siapa tau suatu hari aku berminat membaca ulang. Sempat ketemu Fajar ‘dj...padahal aku pernah membawah bukunya ke kampus untuk jaga-jaga kalau aku ketemu dia,aku mau dia menandatangani halaman depannya seperti yang dilakukan penulis untuk buku-buku karangannya. Sekarang aku ketemu tapi bukunya gak aku bawa. Fajar ‘JD Cuma sebentar di toko. aku menghabiskan waktu satu jam untuk berdiskusi agama dengan Sa ‘Din penjaga toko yang sudah lama berteman denganku. Hal yang paling menyenangkan memang keterbukaan tentang apa yang diragukan dan yang kira-kira benar. Kami tidak bicara seyakin-yakinnya akan satu hal. Kami berdiskusi tanpa harus menyudutkan satu keyakinan. Bicara agama memang harus bersikap sangat netral seolah-olah kita tidak sedang menganut agama itu dan agama ini. Sa ‘Din cerita kalau pastur gereja seberang jalan kenal baik dengannya dan mereka sering diskusi soal ini. Ah...sepertinya kita harus menghilangkan persepsi lama. Semua itu hanya salah paham. Kalau begini kan jauh lebih nyaman.

Malam ini Opus Dei (karya Tuhan) rencananya akan selesai. Besok kan kuliah sore jadi aku punya banyak waktu. Opus Dei(sebuah organisasi dalam Khatolik Roma) menceritakan satu organisasi yang tertutup selama berabad lamanya (introvert/tertutup menurut pandangan subjektif orang2 yang tidak bergabung di dalamnya). Organisasi ini berdiri di spnyolpada tahun 1928 oleh seorang biarawan yang telah dibeatifikasi puluhan tahun setelahnya. Anggota Opus Dei terdiri dari biarawan dan orang awam. Tujuan utamanya adalah “Penyucian moral.” Rutinitas anggota Opus Dei mirip dengan sekte ortodoks (kekristenan yang terpisah dari Serikat Kepausan). Mencambuk diri sendiri,memasang kawat duri di paha selama dua jam,puasa jumat dan memakai jubah serta kudung pada setiap kurban misa. Ada satu hal yang menarik,anggota organisasi ini adalah orang-orang yang sangat diandalkan dalam bidangnya misalnya perbankan,politik,budaya,sosial,bahkan bidang Theologia. Pemaparan petinggi Opus Dei (aku lupa namanya) tentang organisasi ini secara blak2an meruntuhkan paradigma bahwa Opus Dei adalah organisasi tertutup.

Sepertinya insomiaku kambuh lagi.....aku masih ingin bercerita banyak tapi membaca Opus Dei adalah peristiwa terakhir untuk hari ini. Mudah-mudahan besok aku punya waktu luang....

;;

Template by:
Free Blog Templates